Tuesday, March 23, 2021

Perubahan FRBR menjadi LRM

Ada sejumlah faktor yang melatarbelakangi perubahan model konseptual dari Functional Requirement for Bibliographic Record (FRBR) ke Library Reference Model (LRM). Jika dirunut ke belakang, pada awalnya IFLA mengembangkan model konseptual FRBR, kemudian dari sini lahir dua model perluasan yaitu FRAD dan FRSAD. Ketiga model ini saling berkaitan erat karena itu sering disebut sebagai FRBR family. Meskipun demikian, ketiga model konseptual ini dikembangkan secara terpisah oleh tim yang berbeda-beda. Dalam penerapannya di perpustakaan, ada beberapa permasalahan pada model konseptual ini, antara lain:

  • Kesulitan perpustakaan harus mengaplikasikan 3 model ini secara bersamaan, kemudian muncul pertanyaan bagaimana cara mengintegrasikan model ini dalam satu aplikasi. Tidak ada panduan untuk mengatasi kontradiksi yang ada sehingga menyebabkan intepretasi yang tidak konsisten pada penerapannya. 
  • Tingkat granularitas elemen data yang berbeda-beda pada masing-masing grup. Sebagai contoh, FRBR terdiri dari 11 entitas, sedangkan FRSAD hanya terdiri dari 1 entitas (thema)
  • Adanya perbedaan dalam cara memahami entitas pada masing-masing grup. Sebagai contoh, pada FRBR yang dimaksud entitas person adalah individu real yang masih hidup maupun yang sudah tidak ada, sedangkan pada FRAD yang dimaksud entitas person adalah individu real dan karakter fiktif

Sebelum  menjadi LRM sebenarnya sudah FRBR sudah sempat berubah menjadi menjadi FRBRoo (Functional Requirement for Bibliographic Record Object Oriented), untuk mengakomodasi kebutuhan pengatalogan di sektor museum. Perubahan ini terjadi setelah IFLA menerima berbagai masukan dari museum yang disusun dalam  dokumen Conceptual Reference Model (CIDOC CRM) for Museum Information. Namun dalam perjalanannya, pemodelan FRBRoo formal masih sulit diterapkan oleh museum karena konsepnya dianggapp masih berlandaskan formalisme FRBR yang dianggap terlalu spesifik. Akhirnya IFLA memutuskan mengubah konsep FRBR menjadi model tingkat tinggi dengan mengedepankan aspek keumuman (commonalities) dalam pendeskripsian agar tidak lagi terlalu spesifik sehingga bisa diterapkan secara optimal oleh museum. Model inilah yang kemudian dinamakan IFLA LRM yang disepakati secara internasional sebagai dasar penyusunan peraturan pengatalogan dan sistem informasi bibliografi, termasuk RDA. 

No comments:

Post a Comment